March 06, 2009

Cerita nama Daerah di JAKARTA

Kota Jakarta adalah jantung ibukota dari negara Republik Indonesia di
mana pusat perekonomian beserta berjuta permasalahannya ada di kota
kecil padat penduduk ini. Di balik nama beberapa daerah di Jakarta
tersimpan kisah, cerita dan sejarah dari mana nama itu muncul.

Udah pada tau belum sih? gue aja yang lbh dari 20 tahun di Jakarta, baru tau ini.
ih...malu-maluin ya... Roll

1. Karet Tengsin.
Nama daerah yang kini termasuk kawasan segitiga emas kuningan ini
berasal dari nama orang cina yang kaya raya dan baik hati. Orang itu
bernama Tan Teng Sien. Karena baik hati dan selalu memberi bantuan
kepada orang-orang sekitar kampung, maka Teng Sien cepat dikenal oleh
masyarakat sekitar dan selalu menyebut daerah itu sebagai daerah Teng
Sien. Karena pada waktu itu banyak pohon karet, maka daerah itu dikenal
dengan nama Karet Tengsin.

2. Kebayoran.
Kebayoran berasal dari kata kebayuran, yang artinya "tempat penimbunan
kayu bayur". Kayu bayur yang sangat baik untuk dijadikan kayu bangunan
karena kekuatanya serta tahan terhadap rayap.

3. Lebak Bulus.
Daerah yang terkenal dengan stadion dan terminalnya diambil dari kata
"lebak" yang artinya lembah dan "bulus" yang berarti kura-kura. Jadi
lebak bulus dapat disamakan dengan lembah kura-kura. Kawasan ini memang
kontur tanahnya tidak rata seperti lembah dan di kali Grogol dan kali
Pesanggrahan-dua kali yang mengalir di daerah tersebut-memang terdapat
banyak sekali kura-kura alias bulus.

4. Kebagusan.
Nama kebagusan-daerah yang menjadi tempat hunian mantan presiden
megawati-berasal dari nama seorang gadis jelita, Tubagus Letak Lenang.
Konon, kecantikan gadis keturunan kesultanan banten ini membuat banyak
pemuda ingin meminangnya. Agar tidak mengecewakan hati pemuda itu,ia
akhirnya memilih bunuh diri. Sampai sekarang makam itu masih ada dan
dikenal dengan nama ibu Bagus.

5. Ragunan.
Berasal dari Wiraguna, yaitu gelaran yang di sandang tuan tanah pertama
kawasan tersebut berna Hendrik Lucaasz Cardeel, yang diperolhnya dari
sultan banten Abunasar Abdul Qahar, putra Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Pasar Rumput.
Dulu, tempat ini merupakan tempat berkumpulnya para pedagang pribumi
yang menjual rumput. Para pedagang rumput terpaksa mangkal dilokasi ini
karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke permukiman elit menteng. Saat
itu, sado adalah sarana transportasi bagi orang-orang kaya sehingga
hampir sebagian besar penduduk menteng memelihara kuda.

7. Paal Meriam.
Asal usul nama daerah yang berada diperempatan Matraman dengan
jatinegara ini berasal dari suatu peristiwa sejarah yang terjadi sekitar
tahun 1813. Pada waktu itu pasukan artileri meriam inggris yang akan
menyerang batavia, mengambil daerah itu untuk meletakan meriam yang
sudah siap ditembakan. Peristiwa tersebut sangat mengesankan bagi
masyarakay sekitar dan menyebut nama daerah ini paal meriam (tempat
meriam disiapkan)

8. Cawang.
Duku, ketika belanda berkuasa, ada seorang letnan melayu yang mengabdi
pada kompeni, bernama Ende Awang. Letnan ini bersama anak buahnya
bermukim di kawasan yang tak jauh dari jatinegara. Lama kelamaan sebutan
Ence Awang berubah menjadi Cawang.

9. Pondok Gede.
Sekitar Tahun 1775, Lokasi ini merupakan lahan pertanian dan peternakan
yang disebut dengan onderneming. Di sana terdapat sebuah rumah yang
sangat besar milik tuan tanah yang bernama Johannes Hoojiman. Karena
Merupakan satu-satunya bangunan besar yang ada dilokasi tersebut,
bangunan itu sangat terkenal. Masyarakat pribumi pun menjulukinya "Pondok
Gede"

10. Condet Batu Ampar dan Balekambang.
Pada jaman dahulu ada sepasang suami istri, namanya pangeran geger dan
nyai polong, memiliki beberapa orang anak. Salah satu anaknya,
perempuan, di beri nama Siti Maemunah, terkenal sangat cantik. Pangeran
Astawana, anak pangeran Tenggara atau Tonggara asal makassar pun
tertarik melamarnya.
Siti Maemunah meminta dibangunkan sebuah rumah dan tempat peristirahatan
diatas empang, dekat kali ciliwung, yang harus selesai dalam satu malam.
Permintaan itu disanggupi dan menurut legenda, esok harinya sudah
tersedia rumah dan sebuah bale disebuah empang dipinggir kali ciliwung.
Untuk menghubungkan rumah itu dengan kediaman keluarga pangeran tenggara
, dibuat jalan yang diampari (dilapisi) Batu.
Demikian menurut cerita, tempat yang dilalui jalan yang diampari batu
itu selanjutnya disebut batu ampar, dan bale (balai) peristirahatan yang
seolah-olah mengambang di atas air itu di sebut Balekambang.

11. Glodok.
Asalnya dari kata grojok yang merupakan sebutan dari bunyi air yang
jatuh dari pancuran air. Di tempat itu dahulu kala ada semacam waduk
penampungan air kali ciliwung. Orang tionghoa dan keturunan tionghoa
menyebut grojok sebagai glodok karena orang tionghoa sulit mengucap kata
grojok seperti layaknya orang pribumi.

12. Kwitang.
Dulu di wilayah tersebut sebagian tanah dikuasai dan dimiliki oleh tuan
tanah yang sangat kaya raya sekali bernama Kwik Tang Kiam. Orang Betawi
jaman dulu menyebut daerah itu sebagai kampung si kwi tang dan akhirnya
lama-lama tempat tersebut dinamai kwitang.

13. Senayan.
Dulu daerah senayan adalah milik seseorang yang bernama wangsanaya yang
berasal dari Bali. Tanah tersebut disebut orang-orang dengan sebutan
wangsanayan yang berarti tanah tempat tinggal atan tanah milik
wangsanaya. Lambat laun akhirnya orang menyingkat nama wangsanayan
menjadi senayan.

14. Menteng.
Daerah Menteng Jakarta Pusat pada zaman dahulu kala merupakan hutan yang
banyak pohon buah-buahan. Karena banyak pohon buah menteng orang
menyebut wilayah tersebut dengan nama kampung menteng. Setelah tanah itu
dibeli oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1912 sebagai lokasi perumahan
pegawai pemerintah Hindia Belanda maka daerah itu disebut menteng.

15. Taman Anggrek.
Taman Anggrek berawal dari keinginan bu Tien untuk mengambil kebon
anggrek milik juragan tanah sunda bernama Rasman, yg di kenal
orang-orang sekitar dengan nama H. Rasman karena dia memiliki tanah
ber-hektar-hektar di Cipete. Jadi bu Tien mengambil bunga2 anggrek
tersebut dengan niat membeli yg akhirnya di pindahkan ke daerah jakarta
barat yang sekarang jadi Mall Taman Anggrek.
Kemudian di pindahkan lagi ke Taman Mini Indonesia Indah.
Walaupun bunga-bunga anggreknya sudah tidak ada, namun Jl Kebon Anggrek
masih ada jg sampe sekarang. Lokasinya di cipete (seberang SMA
Cendrawasih)


Info ini gue dapet dari seorang teman nun jauh disana. thanks ya...Sanur buat berbagi info.
Secara,.. topik tentang JAkarta, jadinya pake gue dulu ya....

Semoga infonya bermanfaat terutama yang belum tau...

1 comment:

  1. ternyata gitu ya..saya juga beru tahu tuh..

    ReplyDelete